Minggu, 22 April 2012

Hikmah perumpamaan dalam al-qur’an (Surat al-baqarah : 26-28)



Hikmah perumpamaan dalam al-qur’an
(Surat al-baqarah : 26-28)


senin, 23 april 2012

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (27) كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28)


26.  Sesungguhnya Allah tiada segan (malu) menjelaskan (dengan) perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, 27.  (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi. 28.  Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?.



Penjelasan ayat:

Diriwayatkan dari sebagian sahabat rasulullah saw: tatkala Allah ta’ala membuat dua perumpamaan bagi orang-orang munafik, yakni ayat (matsaluhum kamatsalillazis tauqadanaaran falamma adha-at ma haulahu zahaballahu binuurihim…), orang-orang munafik berkata: Allah amat sangat agung dari pada membuat perumpamaan semisal ini, maka turunlah ayat ini hingga kalimat (humul-khaasiruun).
Diriwayatkan dari ibnu abbas; bahwa ayat-ayat ini turun untuk mensucikan al-qur’an al-karim dari keraguan yang timbul dari orang-orang yahudi yang mana mereka mengingkari perumpamaan  yang Allah terangkan dalam al-qur’an, seperti:
perumpamaan dengan lalat seperti terdapat dalam surat al-hajj /ayat:73;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (73)
73.  Hai manusia, Telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
Perumpamaan dengan laba-laba seperti terdapat dalam surat al-ankabut / ayat: 41;
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (41)
41.  Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.
Ayat ini (al-baqarah : 26-27) sebagai jawaban dari keingkaran orang-orang kafir terhadap al-qur’an. Mereka mengatakan: Allah ta’ala sangatlah agung (yang tidak mungkin) membuat permumpamaan semisal lalat, laba-laba, lebah, semut dan hewan-hewan rendah lainnya. Jikalau apa yang dibawa oleh Muhammad itu adalah kalamullah (perkataan Allah), tentunya ia tidak menyebutkan perumpamaan dengan semisal hewan-hewan yang rendah ini. Maka Allah ta’ala menjawab bantahan mereka dengan firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
Sesungguhnya Allah tiada segan (malu) menjelaskan (dengan) perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu

Sesungguhnya membuat perumpamaan dengan nyamuk atau lebih rendah dari itu, apabila mengandung pembuktian kebenaran dan menerangkannya, kemudian menggagalkan kebatilan, tentunya akan menjadi hal yang baik atau berguna, sedangkan dalam menampakkan kebaikan tidak perlu ada rasa malu.
Tujuan dari perumpamaan itu sendiri adalah menjelaskan dan menerangkan sesuatu bagaimana menjadikannya dari hal yang hanya dapat dikhayal oleh fikiran menjadi sesuatu yang dapat dirasa oleh pancaindra agar menjadi nyata sehingga lebih mudah dipahami.
Adapun hikmah dari mengungkapkan perumpamaan dalam al-qur’an dijelaskan pada ayat berikutnya;
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik

Barangkali orang yang menantang menolak jawaban ini atau meminta hikmah dari perumpamaan itu, maka Allah memberitahukan hikmah dari pembuatan perumpamaan itu, yakninya; Allah menyesatkan dan menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Adapun orang yang beriman, ia mengetahui dan yakin bahwa perumpamaan ini adalah benar-benar kalamullah (perkataan Allah) dan dari sisi Allah ta’ala. Sedangkan orang kafir, ia mempertanyakan apa maksud dengan perumpamaan yang Allah buat dengan makhluk yang rendah dan hina ini?, sebagaimana juga terdapat dalam surat al-muddatsir ayat 31 yang berbunyi;
وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ
Dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan Ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

Kata Fisq secara bahasa berarti keluar dari sesuatu atau tujuan. Sedangkan istilah Fasiq dalam syariat artinya orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah ta’ala dengan melakukan dosa besar. Yang dimaksud dengan orang- orang fasiq dalam ayat ini adalah orang-orang munafiq. Secara umum kata fasiq mencakup orang-orang kafir dan orang-orang yang melakukan perbuatan ma’siat, dan orang munafik masuk ke dalam golongan ini.
Allah ta’ala memberitahukan hikmah dan keadilanNya, bahwa Allah tidak menyesatkan seorangpun kecuali orang-orang yang fasik. Siapakah mereka itu?, Allah ta’ala menjelaskan yaitu:
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
 Orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi.

Kata an-naqd berarti membatalkan atau merombak atau merusak sesuatu.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli tafsir tentang makna ‘Ahdun di sini, di antaranya;
  1. Perjanjian yang Allah ambil dari bani adam ketika mereka berada dalam tulang punggung adam a.s.
  2. Wasiat Allah kepada makhlukNya berupa perintah dan larangan melalui kitabNya dan lisan para rasulNya.
  3. Bukti keesaan Allah yang terdapat di langit, di bumi, dan di sekalian makhlukNya.
  4. Perjanjian Allah kepada orang-orang yang diberikan kepada mereka al-kitab agar mereka menyampaikan dan menjelaskannya kepada manusia. Termasuk menjelaskan kenabian Muhammad saw, jangan menyembunyikan keadaannya.
Sedangkan Mitsaaq ialah perjanjian yang dikokohkan dengan sumpah.

Yang dimaksud dengan al-qath’u di sini ialah memutuskan. Tetapi apa sebenarnya yang diperintahkan untuk menyambung kembali hal yang telah diputuskan?. Dikatakan, yaitu: hubungan silaturrahim dan kekerabatan. Ada yang mengatakan: diperintahkan untuk dihubungkan kembali, yaitu; perkataan dengan perbuatan (karena ada yang memutuskan atau tidak menghubungkan antara perkataan dengan perbuatan). Ada yang mengatakan; membenarkan sekalian para nabi (karena ada yang membenarkan sebagian nabi dan ada yang tidak membenarkan sebagian yang lain). Ada lagi yang mengatakan – dan pendapat ini yang banyak dipegang oleh kebanyakan ahli tafsir- ; yaitu isyarat kepada agama Allah, menyembahNya di permukaan bumi, dan menegakkan syariatNya, serta menjaga hudud (perintah, larangan dan hukum-hukum)Nya.
Yang dimaksud dengan melakukan al-ifsad (kerusakan) di muka bumi ialah perbuatan menghalang-halangi melakukan ketaatan kepada rasul saw, karena sempurnanya kebaikan di muka bumi adalah dengan ketaatan. Ada lagi yang mengatakan; yang dimaksud dengan al-ifsad di sini ialah perkataan dan perbuatan yang menyelisihi perintah Allah ta’ala. Ada yang mengatakan; mereka yang menyembah selain Allah dan berbuat kejahatan berdasarkan hawa nafsu mereka.
Sedangkan orang yang khaasir adalah orang yang kurang mendapatkan keberuntungan atau kejayaan, dan orang yang dirinya dan keluarganya merugi pada hari kiamat, karena dihalangi untuk memasuki surga.
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat-sifat orang –orang fasik di antaranya ialah, an-naqd (membatalkan) perjanjian, al-qath’u (memutuskan), dan al-ifsad (merusak).

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
           
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia mempunyai dua kematian dan dua kehidupan. Ibnu abbas dan ibnu mas’ud berkata: adalah kalian (manusia) tidak ada sebelum kalian diciptakan.  kemudian  Allah menghidupkanmu yang diawali dengan nutfah (sperma-ovum) di dalam tulang sulbi ayah dan ibumu sehingga menjadi janin yang memiliki ruh (nyawa) sebagai tanda kehidupanmu. Kemudian Allah mematikanmu setelah datang ajalmu dengan dicabutnya ruhmu untuk dimasukkan ke dalam kubur. Setelah itu, Allah menghidupkanmu kembali pada hari kiamat (yaitu pada hari berbangkit).

 

Referensi:

1.      Tafsir Ath-thabari /jilid 1/ hal. 423
2.      Tafsir ibnu katsir /jilid 1/ hal. 324
3.      Tafsir Ar-razi/ jilid 2 /hal. 144
4.      Tafsir Al-qurthubi/ jilid 1 /hal. 323
5.      Adh-dhau’ul munir ‘alat tafsir/ jilid 1 /hal. 188
6.      Tafsir fathul qadir lissyaukaniy/ jilid 1/ hal. 145
7.      Fi rihabit-tafsir /jilid 1/ hal. 126



Tidak ada komentar:

Posting Komentar