Hikmah perumpamaan
dalam al-qur’an
(Surat al-baqarah
: 26-28)
senin, 23 april 2012
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا
مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ
اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا
يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ
مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (27) كَيْفَ تَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ
يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28)
26. Sesungguhnya
Allah tiada segan (malu) menjelaskan (dengan) perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?."
dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan
itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik, 27.
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian
itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang
yang rugi. 28. Mengapa kamu kafir kepada
Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu
dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan?.
Penjelasan
ayat:
Diriwayatkan dari sebagian sahabat rasulullah saw:
tatkala Allah ta’ala membuat dua perumpamaan bagi orang-orang munafik, yakni
ayat (matsaluhum kamatsalillazis tauqadanaaran falamma adha-at ma haulahu
zahaballahu binuurihim…), orang-orang munafik berkata: Allah amat sangat
agung dari pada membuat perumpamaan semisal ini, maka turunlah ayat ini hingga
kalimat (humul-khaasiruun).
Diriwayatkan dari ibnu abbas; bahwa ayat-ayat ini
turun untuk mensucikan al-qur’an al-karim dari keraguan yang timbul dari
orang-orang yahudi yang mana mereka mengingkari perumpamaan yang Allah terangkan dalam al-qur’an, seperti:
perumpamaan dengan lalat seperti terdapat dalam surat
al-hajj /ayat:73;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ
اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ
مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (73)
73. Hai
manusia, Telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika
lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah)
yang disembah.
Perumpamaan dengan laba-laba seperti terdapat dalam
surat al-ankabut / ayat: 41;
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ
الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (41)
41. Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.
Ayat ini (al-baqarah : 26-27) sebagai jawaban dari
keingkaran orang-orang kafir terhadap al-qur’an. Mereka mengatakan: Allah
ta’ala sangatlah agung (yang tidak mungkin) membuat permumpamaan semisal lalat,
laba-laba, lebah, semut dan hewan-hewan rendah lainnya. Jikalau apa yang dibawa
oleh Muhammad itu adalah kalamullah (perkataan Allah), tentunya ia tidak
menyebutkan perumpamaan dengan semisal hewan-hewan yang rendah ini. Maka Allah
ta’ala menjawab bantahan mereka dengan firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا
مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
Sesungguhnya Allah tiada segan (malu) menjelaskan
(dengan) perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu
Sesungguhnya membuat perumpamaan dengan nyamuk atau
lebih rendah dari itu, apabila mengandung pembuktian kebenaran dan
menerangkannya, kemudian menggagalkan kebatilan, tentunya akan menjadi hal yang
baik atau berguna, sedangkan dalam menampakkan kebaikan tidak perlu ada rasa malu.
Tujuan dari perumpamaan itu sendiri adalah menjelaskan dan
menerangkan sesuatu bagaimana menjadikannya dari hal yang hanya dapat dikhayal
oleh fikiran menjadi sesuatu yang dapat dirasa oleh pancaindra agar menjadi
nyata sehingga lebih mudah dipahami.
Adapun hikmah dari mengungkapkan perumpamaan
dalam al-qur’an dijelaskan pada ayat berikutnya;
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ
اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا
يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?."
dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang
disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik
Barangkali orang yang menantang menolak jawaban ini
atau meminta hikmah dari perumpamaan itu, maka Allah memberitahukan hikmah dari
pembuatan perumpamaan itu, yakninya; Allah menyesatkan dan menunjuki siapa yang
dikehendakiNya. Adapun orang yang beriman, ia mengetahui dan yakin bahwa
perumpamaan ini adalah benar-benar kalamullah (perkataan Allah) dan dari sisi
Allah ta’ala. Sedangkan orang kafir, ia mempertanyakan apa maksud dengan
perumpamaan yang Allah buat dengan makhluk yang rendah dan hina ini?,
sebagaimana juga terdapat dalam surat al-muddatsir ayat 31 yang berbunyi;
وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ
اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ
إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ
Dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki
Allah dengan bilangan Ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah
membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu
melainkan dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi
manusia.
Kata Fisq secara bahasa berarti keluar dari
sesuatu atau tujuan. Sedangkan istilah Fasiq dalam syariat artinya orang
yang keluar dari ketaatan kepada Allah ta’ala dengan melakukan dosa besar. Yang
dimaksud dengan orang- orang fasiq dalam ayat ini adalah orang-orang munafiq.
Secara umum kata fasiq mencakup orang-orang kafir dan orang-orang yang
melakukan perbuatan ma’siat, dan orang munafik masuk ke dalam golongan ini.
Allah ta’ala memberitahukan hikmah dan keadilanNya,
bahwa Allah tidak menyesatkan seorangpun kecuali orang-orang yang fasik.
Siapakah mereka itu?, Allah ta’ala menjelaskan yaitu:
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ
مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي
الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang
yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan
apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat
kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi.
Kata an-naqd berarti membatalkan atau merombak
atau merusak sesuatu.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli tafsir
tentang makna ‘Ahdun di sini, di antaranya;
- Perjanjian yang Allah ambil dari bani adam ketika
mereka berada dalam tulang punggung adam a.s.
- Wasiat Allah kepada makhlukNya berupa perintah
dan larangan melalui kitabNya dan lisan para rasulNya.
- Bukti keesaan Allah yang terdapat di langit, di
bumi, dan di sekalian makhlukNya.
- Perjanjian Allah kepada orang-orang yang
diberikan kepada mereka al-kitab agar mereka menyampaikan dan
menjelaskannya kepada manusia. Termasuk menjelaskan kenabian Muhammad saw,
jangan menyembunyikan keadaannya.
Sedangkan Mitsaaq ialah perjanjian yang
dikokohkan dengan sumpah.
Yang dimaksud dengan al-qath’u di sini ialah
memutuskan. Tetapi apa sebenarnya yang diperintahkan untuk menyambung kembali
hal yang telah diputuskan?. Dikatakan, yaitu: hubungan silaturrahim dan
kekerabatan. Ada yang mengatakan: diperintahkan untuk dihubungkan kembali,
yaitu; perkataan dengan perbuatan (karena ada yang memutuskan atau tidak
menghubungkan antara perkataan dengan perbuatan). Ada yang mengatakan;
membenarkan sekalian para nabi (karena ada yang membenarkan sebagian nabi dan ada
yang tidak membenarkan sebagian yang lain). Ada lagi yang mengatakan – dan
pendapat ini yang banyak dipegang oleh kebanyakan ahli tafsir- ; yaitu isyarat
kepada agama Allah, menyembahNya di permukaan bumi, dan menegakkan syariatNya,
serta menjaga hudud (perintah, larangan dan hukum-hukum)Nya.
Yang dimaksud dengan melakukan al-ifsad (kerusakan)
di muka bumi ialah perbuatan menghalang-halangi melakukan ketaatan kepada rasul
saw, karena sempurnanya kebaikan di muka bumi adalah dengan ketaatan. Ada lagi
yang mengatakan; yang dimaksud dengan al-ifsad di sini ialah perkataan dan
perbuatan yang menyelisihi perintah Allah ta’ala. Ada yang mengatakan; mereka
yang menyembah selain Allah dan berbuat kejahatan berdasarkan hawa nafsu
mereka.
Sedangkan orang yang khaasir adalah orang yang
kurang mendapatkan keberuntungan atau kejayaan, dan orang yang dirinya dan
keluarganya merugi pada hari kiamat, karena dihalangi untuk memasuki surga.
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat-sifat orang
–orang fasik di antaranya ialah, an-naqd (membatalkan) perjanjian, al-qath’u
(memutuskan), dan al-ifsad (merusak).
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ
أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya
mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia mempunyai dua
kematian dan dua kehidupan. Ibnu abbas dan ibnu mas’ud berkata: adalah kalian
(manusia) tidak ada sebelum kalian diciptakan. kemudian Allah menghidupkanmu yang diawali dengan
nutfah (sperma-ovum) di dalam tulang sulbi ayah dan ibumu sehingga menjadi
janin yang memiliki ruh (nyawa) sebagai tanda kehidupanmu. Kemudian Allah
mematikanmu setelah datang ajalmu dengan dicabutnya ruhmu untuk dimasukkan ke
dalam kubur. Setelah itu, Allah menghidupkanmu kembali pada hari kiamat (yaitu
pada hari berbangkit).
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Referensi:
1.
Tafsir Ath-thabari /jilid 1/ hal. 423
2.
Tafsir ibnu katsir /jilid 1/ hal. 324
3.
Tafsir Ar-razi/ jilid 2 /hal. 144
4.
Tafsir Al-qurthubi/ jilid 1 /hal. 323
5.
Adh-dhau’ul munir ‘alat tafsir/ jilid 1 /hal. 188
6.
Tafsir fathul qadir lissyaukaniy/ jilid 1/ hal. 145
7.
Fi rihabit-tafsir /jilid 1/ hal. 126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar