Cukup Allah bagimu wahai orang yang
beriman
Sabtu, 21 april 2012
الحمد لله الرؤوف
الرحيم الودود , والصلاة والسلام على سيدنا محمد الذي وصفه الله تعالى بأنه حريص
على المؤمنين , رؤوف رحيم بهم , صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وتابعيه ومن سار على
هداه .
وأشهد أن لا إله
إلا الله وحده لا شريك له , وأشهد أن محمدا عبده ورسوله , وصفيه من خلقه وحبيبه .
أما بعد :
Berkata ja’far
ash-shadiq ra, “aku merasa heran terhadap orang yang dalam kondisi takut namun
ia tidak meminta perlindungan dengan firman Allah ta’ala: “hasbunallahu
wa ni’mal-wakiil”, Karena aku mendengar bahwa Allah mengiringi ayat itu
dengan firmanNya:
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ
عَظِيمٍ (174)
Maka mereka kembali
dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat
bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia
yang besar.
Lihatlah oleh anda akan
ketulusan penerimaan ja’far ash-shadiq terhadap perkataan Allah, ia hanya
memperhatikan dua ayat al-qur’an untuk menyimpulkan kandungan dari keduanya
yaitu keamanan dan ketenangan, seakan-akan ia mendengar ditengah-tengah bacaan
al-qur’annya ada suara yang mengatakan (q.s ali Imran ayat 173-174):
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ
عَظِيمٍ (174)
(yaitu) orang-orang
(yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang
mengatakan: "Sesungguhnya manusia[*] Telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi
penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar[**].
[*] Maksudnya: orang Quraisy.
[**] ayat 173, dan 174, di atas membicarakan
tentang peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil) yang terjadi setahun
sesudah perang Uhud. sewaktu meninggalkan perang Uhud itu, abu Sufyan pemimpin
orang Quraisy menantang nabi dan sahabat-sahabat beliau bahwa dia bersedia
bertemu kembali dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. tetapi
Karena tahun itu (4 H) musim paceklik dan abu Sufyan sendiri waktu itu merasa
takut, Maka dia beserta tentaranya tidak jadi meneruskan perjalanan ke Badar,
lalu dia menyuruh Nu'aim ibnu Mas'ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk
menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang disebut
dalam ayat 173. namun demikian nabi beserta sahabat-sahabat tetap maju ke
Badar. oleh Karena tidak terjadi perang, dan pada waktu itu di Badar kebetulan
musim pasar, Maka kaum muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang
besar. keuntungan Ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti yang tersebut pada
ayat 174.
Sesungguhnya orang yang
beriman ketika dikatakan kepada mereka: sesungguhnya musuh-musuhmu dengan
jumlah yang besar telah berkumpul untuk siap menghadangmu, maka takutlah kepada
mereka. Orang-orang yang beriman itu tidak ditimpa rasa lemah dan takut ,
bahkan mereka berkata: “sesungguhnya Allah cukup bagi kami (sebagai pelindung),
dan kepadaNya kami menyerahkan urusan kami seluruhnya”. Maka, bertambah kuatlah
pendirian mereka dengan keberanian, dan mereka mendapatkan kemenangan, sehingga
mereka menjadi orang yang pantas mendapatkan karunia Allah ta’ala.
Ja’far ash-shadiq
benar-benar telah memberikan kepada kita sebuah pengobatan qur’aniy bagi orang
yang ditimpa rasa ketakutan. Obat tersebut yaitu seorang mukmin mengucapkan: “hasbunallahu
wa ni’mal-wakiil”. Maka berubahlah keadaan orang mukmin yang sebeumnya
diselimuti ketakutan menjadi tekad yang tulus ketika menghadapi segala hal yang
membuatnya takut, karena segala hal yang membuat manusia takut adalah kekuatan
yang bertumpu kepada selain Allah. Selama segala hal yang mendatangkan rasa
takut itu berasal dari kekuatan selain Allah, jika seseorang mengucapkan “hasbunallahu
wa ni’mal-wakiil”, niscaya segala rasa takut itu akan pudar dan berubah
menjadi keberanian, frontal dan kemenangan.
Ja’far ash-shadiq
menambahkan, “aku merasa heran terhadap orang yang berada dalam kesedihan,
namun tidak berlindung dengan firman Allah: “la ilaaha illa anta
subhanaka inniy kuntu minazh-zhaalimiin”, aku mendengar bahwa Allah
ta’ala mengiringi dibelakang kalimat itu dengan firmanNya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ
مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Maka kami Telah
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan
Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Demikianlah ja’far
ash-shadiq merenungkan dan menyimpulkan pelajaran dari kisah nabi Allah yunus
as, orang yang ditelan oleh ikan besar, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam
q.s al-anbiya’ ayat 87-88:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا
فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ
مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Dan (ingatlah kisah)
Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa
kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam keadaan
yang sangat gelap[*]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci
Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. "Maka
kami Telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan
Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.
[*] yang dimaksud dengan keadaan yang sangat
gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
Yunus as benar-benar
meninggalkan kaumnya setelah ia marah kepada mereka, ia menganggap bahwa Allah
membolehkannya melakukan hal tersebut, hingga iapun ditelan oleh ikan besar dan
mengalami kehidupan yang penuh dengan kegelapan, ia pun menyeru Allah sembari tunduk dan berdoa serta
mengakui kekhilafannya bahwa ia termasuk orang yang menganiaya dirinya sendiri
dengan melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah. Maka, Allah pun
mengabulkan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan yang menimpanya. Allah
menjadikannya sebagai pelajaran bagi orang yang tenggelam di dalam lautan
kesedihan, karena sesungguhnya Allah akan menyelamatkannya, jika ia mengakui
kesalahannya dan berdoa kepadaNya dengan penuh keikhlasan.
Kesedihan adalah
buruknya keadaan dalam diri seseorang disebabkan oleh perkara yang barangkali
ia tidak mengetahui dari mana asal-muasalnya. kesedihan merupakan perasaan yang
muncul akibat ketidak adilan yang terjadi dalam kehidupan. Hampir-hampir saja
kesedihan dan kedukaan menjadi suatu hal yang menyibukkan bagi para ahli jiwa
modern, mereka memfokuskan perhatian kepada penyakit duka dan kesedihan ini
dengan mengatakan, “sesungguhnya penyakit ini dapat saja menimpa
seseorang tatkala ia kebingungan karena tidak memperoleh tempat kembali atau
sandaran (sebagai solusi dari masalah yang tengah dihadapi)”.
Maka bagaimana jikalau
kita dapat kembali kepada Khaliq (sang pencipta) kita, sedangkan anda
mengetahui bahwa Allah telah berkata kepada orang yang sedang dirundung
kesedihan yang mencari perlindungan kepadaNya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ
مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Maka kami Telah
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan
Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya merasakan
ma’iyyatullah (kebersamaan Allah) adalah benteng yang sangat kokoh,
tidak ada kekuatan musuh yang dapat menembusnya, dan tidak pula dapat
mengalahkan orang yang telah mendapatkan perlindunganNya. Kita memiliki
rasulullah saw sebagai tauladan yang baik ketika beliau bersembunyi di dalam
gua tsur pada saat hijrah, abu bakar ra –teman hijrahnya- berkata kepada beliau,
abu bakar ra berkata pada saat menceritakan tentang peristiwa yang hampir saja mereka
ditemukan oleh orang-orang kafir quraisy yang mencari mereka: “jikalau saja
salah seorang di antara mereka melihat ke bawah kaki mereka, tentunya mereka
akan melihat kita”. Akan tetapi rasulullah saw menimpali: “bagaimana anggapanmu
(wahai abu bakar) dengan kondisi dua orang ini sedang yang ketiga adalah
Allah”.
Demikianlah orang yang
mencari perlindungan Allah akan mendapatkan keselamatan. Terangkan-lah
kebenaran kepada kaum muslimin dalam hal wajibnya mengamalkan al-qur’an (dalam
kehidupan), agar dunia tidak rusak oleh tipuan hawa nafsu.
أقول قولي هذا
وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين
JJJ
الحمد لله وحده ,
والصلاة والسلام على من لا نبي بعده , وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ,
وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن سار بهداه .
Segala puji bagi Allah
ta’ala, shalawat dan salam atas penutup para nabi. Aku bersyahadat bahwa tidak
ada ilaah yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.
Dan aku bersyahadat bahwa Muhammad saw adalah hamba dan rasulNya, semoga
senantiasa doa tetap tercurahkan untuk beliau, keluarga, sahabat dan
orang-orang yang berjalan di atas ajarannya.
Kelanjutan dari wasiat
ja’far ash-shadiq di atas, ia berkata, “aku merasa heran terhadap orang yang
diperlakukan dengan jahat oleh manusia, namun ia tidak meminta perlindungan
kepada Allah dengan firmanNya (q.s al-mu’min ayat 44,45):
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Kelak kamu akan ingat
kepada apa yang kukatakan kepada kamu, dan Aku menyerahkan urusanku kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya".
Aku mendengar Allah
ta’ala mengiringi ayat itu dengan firmanNya:
فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا
مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ
Maka Allah memeliharanya
dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab
yang amat buruk.
Manusia yang tulus
ikhlas tatkala mengucapkan suatu ucapan sebagai pengaduan urusannya kepada
Allah ta’ala, menyandarkan dirinya kepada Allah ta’ala. Maka, Allah ta’ala akan
melindunginya dari segala bentuk kejahatan yang direncanakan oleh para penjahat
terhadapnya, persis sebagaimana Allah menjaga orang-orang yang beriman dari
kalangan pengikut fir’aun.
diterjemahkan dari kitab khutabul-jumu'ah wal-iedain, karangan abdul-qadir 'atha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar