Minggu, 22 April 2012

Cukup Allah bagimu wahai orang yang beriman


Cukup Allah bagimu wahai orang yang beriman



Sabtu, 21 april 2012

الحمد لله الرؤوف الرحيم الودود , والصلاة والسلام على سيدنا محمد الذي وصفه الله تعالى بأنه حريص على المؤمنين , رؤوف رحيم بهم , صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وتابعيه ومن سار على هداه .
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له , وأشهد أن محمدا عبده ورسوله , وصفيه من خلقه وحبيبه .
أما بعد :
Berkata ja’far ash-shadiq ra, “aku merasa heran terhadap orang yang dalam kondisi takut namun ia tidak meminta perlindungan dengan firman Allah ta’ala: “hasbunallahu wa ni’mal-wakiil”, Karena aku mendengar bahwa Allah mengiringi ayat itu dengan firmanNya:
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (174)

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Lihatlah oleh anda akan ketulusan penerimaan ja’far ash-shadiq terhadap perkataan Allah, ia hanya memperhatikan dua ayat al-qur’an untuk menyimpulkan kandungan dari keduanya yaitu keamanan dan ketenangan, seakan-akan ia mendengar ditengah-tengah bacaan al-qur’annya ada suara yang mengatakan (q.s ali Imran ayat 173-174):
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (174)
(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia[*] Telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".  Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar[**].
[*]  Maksudnya: orang Quraisy.
[**]  ayat 173, dan 174, di atas membicarakan tentang peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil) yang terjadi setahun sesudah perang Uhud. sewaktu meninggalkan perang Uhud itu, abu Sufyan pemimpin orang Quraisy menantang nabi dan sahabat-sahabat beliau bahwa dia bersedia bertemu kembali dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. tetapi Karena tahun itu (4 H) musim paceklik dan abu Sufyan sendiri waktu itu merasa takut, Maka dia beserta tentaranya tidak jadi meneruskan perjalanan ke Badar, lalu dia menyuruh Nu'aim ibnu Mas'ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang disebut dalam ayat 173. namun demikian nabi beserta sahabat-sahabat tetap maju ke Badar. oleh Karena tidak terjadi perang, dan pada waktu itu di Badar kebetulan musim pasar, Maka kaum muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang besar. keuntungan Ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti yang tersebut pada ayat 174.

Sesungguhnya orang yang beriman ketika dikatakan kepada mereka: sesungguhnya musuh-musuhmu dengan jumlah yang besar telah berkumpul untuk siap menghadangmu, maka takutlah kepada mereka. Orang-orang yang beriman itu tidak ditimpa rasa lemah dan takut , bahkan mereka berkata: “sesungguhnya Allah cukup bagi kami (sebagai pelindung), dan kepadaNya kami menyerahkan urusan kami seluruhnya”. Maka, bertambah kuatlah pendirian mereka dengan keberanian, dan mereka mendapatkan kemenangan, sehingga mereka menjadi orang yang pantas mendapatkan karunia Allah ta’ala.
Ja’far ash-shadiq benar-benar telah memberikan kepada kita sebuah pengobatan qur’aniy bagi orang yang ditimpa rasa ketakutan. Obat tersebut yaitu seorang mukmin mengucapkan: “hasbunallahu wa ni’mal-wakiil”. Maka berubahlah keadaan orang mukmin yang sebeumnya diselimuti ketakutan menjadi tekad yang tulus ketika menghadapi segala hal yang membuatnya takut, karena segala hal yang membuat manusia takut adalah kekuatan yang bertumpu kepada selain Allah. Selama segala hal yang mendatangkan rasa takut itu berasal dari kekuatan selain Allah, jika seseorang mengucapkan “hasbunallahu wa ni’mal-wakiil”, niscaya segala rasa takut itu akan pudar dan berubah menjadi keberanian, frontal dan kemenangan.
Ja’far ash-shadiq menambahkan, “aku merasa heran terhadap orang yang berada dalam kesedihan, namun tidak berlindung dengan firman Allah: “la ilaaha illa anta subhanaka inniy kuntu minazh-zhaalimiin”, aku mendengar bahwa Allah ta’ala mengiringi dibelakang kalimat itu dengan firmanNya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Maka kami Telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.

Demikianlah ja’far ash-shadiq merenungkan dan menyimpulkan pelajaran dari kisah nabi Allah yunus as, orang yang ditelan oleh ikan besar, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam q.s al-anbiya’ ayat 87-88:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap[*]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. "Maka kami Telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.
[*]  yang dimaksud dengan keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.

Yunus as benar-benar meninggalkan kaumnya setelah ia marah kepada mereka, ia menganggap bahwa Allah membolehkannya melakukan hal tersebut, hingga iapun ditelan oleh ikan besar dan mengalami kehidupan yang penuh dengan kegelapan, ia pun  menyeru Allah sembari tunduk dan berdoa serta mengakui kekhilafannya bahwa ia termasuk orang yang menganiaya dirinya sendiri dengan melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah. Maka, Allah pun mengabulkan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan yang menimpanya. Allah menjadikannya sebagai pelajaran bagi orang yang tenggelam di dalam lautan kesedihan, karena sesungguhnya Allah akan menyelamatkannya, jika ia mengakui kesalahannya dan berdoa kepadaNya dengan penuh keikhlasan.
Kesedihan adalah buruknya keadaan dalam diri seseorang disebabkan oleh perkara yang barangkali ia tidak mengetahui dari mana asal-muasalnya. kesedihan merupakan perasaan yang muncul akibat ketidak adilan yang terjadi dalam kehidupan. Hampir-hampir saja kesedihan dan kedukaan menjadi suatu hal yang menyibukkan bagi para ahli jiwa modern, mereka memfokuskan perhatian kepada penyakit duka dan kesedihan ini dengan mengatakan, “sesungguhnya penyakit ini dapat saja menimpa seseorang tatkala ia kebingungan karena tidak memperoleh tempat kembali atau sandaran (sebagai solusi dari masalah yang tengah dihadapi)”.
Maka bagaimana jikalau kita dapat kembali kepada Khaliq (sang pencipta) kita, sedangkan anda mengetahui bahwa Allah telah berkata kepada orang yang sedang dirundung kesedihan yang mencari perlindungan kepadaNya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Maka kami Telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.

Sesungguhnya merasakan ma’iyyatullah (kebersamaan Allah) adalah benteng yang sangat kokoh, tidak ada kekuatan musuh yang dapat menembusnya, dan tidak pula dapat mengalahkan orang yang telah mendapatkan perlindunganNya. Kita memiliki rasulullah saw sebagai tauladan yang baik ketika beliau bersembunyi di dalam gua tsur pada saat hijrah, abu bakar ra –teman hijrahnya- berkata kepada beliau, abu bakar ra berkata pada saat menceritakan tentang peristiwa yang hampir saja mereka ditemukan oleh orang-orang kafir quraisy yang mencari mereka: “jikalau saja salah seorang di antara mereka melihat ke bawah kaki mereka, tentunya mereka akan melihat kita”. Akan tetapi rasulullah saw menimpali: “bagaimana anggapanmu (wahai abu bakar) dengan kondisi dua orang ini sedang yang ketiga adalah Allah”.
Demikianlah orang yang mencari perlindungan Allah akan mendapatkan keselamatan. Terangkan-lah kebenaran kepada kaum muslimin dalam hal wajibnya mengamalkan al-qur’an (dalam kehidupan), agar dunia tidak rusak oleh tipuan hawa nafsu.
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين

JJJ

الحمد لله وحده , والصلاة والسلام على من لا نبي بعده , وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له , وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن سار بهداه .
Segala puji bagi Allah ta’ala, shalawat dan salam atas penutup para nabi. Aku bersyahadat bahwa tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersyahadat bahwa Muhammad saw adalah hamba dan rasulNya, semoga senantiasa doa tetap tercurahkan untuk beliau, keluarga, sahabat dan orang-orang yang berjalan di atas ajarannya.
Kelanjutan dari wasiat ja’far ash-shadiq di atas, ia berkata, “aku merasa heran terhadap orang yang diperlakukan dengan jahat oleh manusia, namun ia tidak meminta perlindungan kepada Allah dengan firmanNya (q.s al-mu’min ayat 44,45):
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu, dan Aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya".

Aku mendengar Allah ta’ala mengiringi ayat itu dengan firmanNya:
فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.

Manusia yang tulus ikhlas tatkala mengucapkan suatu ucapan sebagai pengaduan urusannya kepada Allah ta’ala, menyandarkan dirinya kepada Allah ta’ala. Maka, Allah ta’ala akan melindunginya dari segala bentuk kejahatan yang direncanakan oleh para penjahat terhadapnya, persis sebagaimana Allah menjaga orang-orang yang beriman dari kalangan pengikut fir’aun.


diterjemahkan dari kitab khutabul-jumu'ah wal-iedain, karangan abdul-qadir 'atha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar