Sabtu, 21 April 2012

AQIDAH


Amalan tergantung pada niat


Jum’at, 20 april 2012

الحمد لله كثيرا كما أمر وكما حمد نفسه , لا أحصي ثناء عليك , أنت كما أثنيت على نفسك , عز جارك  , وجل ثناءك , ولا إله غيرك . والصلاة والسلام على سيدنا محمد قائد الإنسانية إلى الله , وصاحب المقام المحمود , والدرجة العالية الرفيعة .
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له , وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله . بلغ الرسالة , وأدى الأمانة , وكان رؤوفا رحيما بأمته في كل ما بين أو شرع ...
Segala puji bagi Allah puji-pujian yang tak terhingga sebagaimana Ia perintahkan dan sebagaimana Ia memuji diriNya sendiri, aku tidak membatasi pujian atasMu, Engkau sebagaimana engkau puji diriMu sendiri, sungguh agung kedekatanMu, bertambah mulia pujianMu, tidak ada ilaah selainMu. Shalawat dan salam teruntuk buat penghulu kita Muhammad saw seorang pemimpin kemanusiaan menuju Allah, pemilik maqam yang terpuji, dan derjat yang tertinggi.
Aku bersyahadat bahwa tidak ada ilaah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersyahadat bahwa Muhammad saw adalah hamba dan rasulNya. Ia telah menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah, dan penyayang kepada umatnya pada setiap yang ia sampaikan atau yang ia syariatkan..
Amma ba’du:
وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبد الله بن قرط بن رزاح بن عدي بن كعب بن لؤي بن غالب القرشي العدوي رضي الله عنه، قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها، أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه متفق على صحته .
Asy-syaikhan (Al-imam al-bukhari dan al-imam muslim) meriwayatkan dari jalur umar bin khattab ra, sesungguhnya rasulullah saw berkata: sesungguhnya segala bentuk amalan itu hanyalah tergantung pada niat, dan setiap orang terikat pada apa yang diniatkannya. Jadi, siapa yang niat hijrahnya untuk mentaati Allah dan rasulNya (karena mengharapkan pahala dari Allah dan mengikuti ajaran rasulNya), maka hijrahnya itu dihitung sebagai ketaatan kepada Allah dan rasulNya. Kemudian siapa yang niat hijrahnya karena tujuan harta dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu (diterima atau tidaknya) dihitung berdasarkan motiv tujuan hijrahnya.

Para ahli ilmu telah sepakat bahwa segala perbuatan hanya dapat sempurna dengan beberapa perkara, yaitu; ilmu yang berkenaan dengan amalan yang akan dilakukan, dan bersegeranya hati yang diiringi dengan kerinduan untuk melakukan amalan yang dimaksud, inilah yang disebut dengan kehendak. Kemudian datang setelah itu niat, yaitu tekat atau ikatan hati untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh seseorang dari perbuatannya itu. pertama sekali adanya ilmu tentang amalan yang akan dikerjakan sehingga perbuatan itu dinilai benar jika ditinjau dari sudut lahiriah, kemudian pergerakan hati disebabkan kehendak yang muncul untuk melakukan perbuatan, artinya pembatasan maksud dan tujuan dari perbuatan yang akan dilakukan, atau kenapa (apa motiv) seseorang melakukan perbuatan itu?, kemudian niat, yaitu azzam (tekat) yang kuat dalam pelaksanaan amalan yang benar yang diiringi dengan tujuan dan maksud dari perbuatan itu, dan sebab yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan itu, disamping perhatian atas keberlanjutan niat hingga amalan itu tuntas, begitu pula perhatian setelah selesainya dari amalan itu.
Sungguh Allah telah memerintahkan rasulNya untuk mendekati para pemilik niat yang baik dari majlis beliau, Allah ta’ala berfirman dalam q.s al-an’am ayat 52:
Ÿwur ÏŠãôÜs? tûïÏ%©!$# tbqããôtƒ Oßg­/u Ío4rytóø9$$Î/ ÄcÓÅ´yèø9$#ur tbr߃̍ム¼çmygô_ur ( $tB šøn=tã ô`ÏB NÎgÎ/$|¡Ïm `ÏiB &äóÓx« $tBur ô`ÏB y7Î/$|¡Ïm OÎgøŠn=tæ `ÏiB &äóÓx« öNèdyŠãôÜtGsù tbqä3tFsù z`ÏB šúüÏJÎ=»©à9$# ÇÎËÈ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim)[*].
[*]  ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan Rasulullah, tetapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu, dan mereka mengusulkan supaya orang-orang mukmin itu diusir saja, lalu turunlah ayat ini.

Ia menjadikan niat yang baik sebagai sebab taufiq, Allah berfirman dalam q.s an-nisaa’ ayat 35:
÷bÎ)ur óOçFøÿÅz s-$s)Ï© $uKÍkÈ]÷t/ (#qèWyèö/$$sù $VJs3ym ô`ÏiB ¾Ï&Î#÷dr& $VJs3ymur ô`ÏiB !$ygÎ=÷dr& bÎ) !#yƒÌãƒ $[s»n=ô¹Î) È,Ïjùuqムª!$# !$yJåks]øŠt/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $¸JŠÎ=tã #ZŽÎ7yz ÇÌÎÈ
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[*] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
[*]  hakam ialah juru pendamai.

Sebagaimana Ia menjanjikan untuk para pemilik niat yang baik pahala yang berlipat ganda, firmanNya dalam q.s ar-ruum ayat 39:
!$tBur OçF÷s?#uä `ÏiB $\/Íh (#uqç/÷ŽzÏj9 þÎû ÉAºuqøBr& Ĩ$¨Z9$# Ÿxsù (#qç/ötƒ yYÏã «!$# ( !$tBur OçF÷s?#uä `ÏiB ;o4qx.y šcr߃̍è? tmô_ur «!$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqàÿÏèôÒßJø9$# ÇÌÒÈ
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

Yang dikehendaki dari manusia ialah hendaknya segala amalannya itu baik yang wajib maupun sunnah semuanya karena mengharapkan wajah Allah semata dan mengharapkan ridha dariNya serta pahala dari sisiNya, bukan karena sesuatu yang lain selainNya, seperti ingin terkenal, senang pujian, ingin dihormati oleh orang lain, dan lain sebagainya dari tujuan-tujuan keduniaan, karena ini semua termasuk riya dan syirik khafiy (tersembunyi) yang dapat menggugurkan amalan dan menghapus pahalanya, serta mendapatkan murka Allah atas pelakunya.
Keberadaan niat pada masa generasi salaf (terdahulu) merupakan sebuah ilmu dari ilmu-ilmu yang harus dipelajari manusia disamping mereka mempelajari tata cara beramal. Al-imam sufyan ats-tsauri berkata: adalah mereka dahulu mempelajari niat sebagaimana mereka mempelajari tatacara beramal. Akan tetapi (sekarang), bab dari ilmu ini menjadi hal yang disepelekan dan dilupakan. Sehingga semua amal perbuatan mereka menjadi goncang dan tidak mempunyai ruh, niat manusia banyak yang salah sasaran, akibatnya banyak di antara mereka diharamkan mendapatkan kebaikan, dan mereka kembali kepada Allah dengan mendapatkan murka dan kemarahanNya. 
Kaum muslimin benar-benar telah diharamkan mendapatkan ketulusan bersama Allah dalam amal perbuatan mereka, karena mereka bodoh terhadap niat perbuatan mereka dan mereka tidak tahu apa yang dapat menghapus pahala amalan mereka, Allah ta’ala berfirman dalam q.s  asy-syura ayat 20:
`tB šc%x. ߃̍ムy^öym ÍotÅzFy$# ÷ŠÌtR ¼çms9 Îû ¾ÏmÏOöym ( `tBur šc%x. ߃̍ムy^öym $u÷R9$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB $tBur ¼çms9 Îû ÍotÅzFy$# `ÏB A=ŠÅÁ¯R ÇËÉÈ
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.

Para shahabah bertanya kepada rasulullah saw tentang niat yang bermacam-macam sampai mereka tahu mana niat yang benar dan mana niat yang salah. Mereka bertanya kepadanya tentang seorang laki-laki yang berperang agar dikenang perjuangannya setelah ia gugur, maksudnya ia adalah salah seorang pahlawan (yang patut diacungkan jempol untuknya), dan seorang laki-laki yang lain berperang agar ia mengetahui kedudukannya, maksudnya agar ia mengetahui nilai perjuangannya dalam peperangan. Maka rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Barangsiapa yang berperang karena mengingingkan kalimat Allah adalah kalimat yang tertinggi maka ia itu berada di jalan Allah azza wajalla

Inilah niat jihad yang benar. Di antaranya ada niat jihad dengan hikmah, niat menyampaikan kalimat haq, dan (amalan) hati, semuanya itu apabila dimaksudkan untuk selain mengharapkan wajah Allah, dan bukan meninggikan kalimat Allah, maka niatnya itu adalah niat yang batil, dan ditolak dari pelakunya. Rasulullah saw bersabda:
أن الله تبارك وتعالى إذا كان يوم القيامة ينزل إلى العباد ليقضي بينهم وكل أمة جاثية فأول من يدعو به رجل جمع القرآن ورجل يقتتل في سبيل الله ورجل كثير المال فيقول الله للقارئ ألم أعلمك ما أنزلت على رسولي ؟ قال بلى يا رب قال فماذا عملت فيما علمت ؟ قال كنت أقوم به آناء الليل وآناء النهار فيقول الله له كذبت وتقول له الملائكة كذبت ويقول الله بل أردت أن يقال إن فلانا قارئ فقد قيل ذاك ويؤتى بصاحب المال فيقول الله له ألم أوسع عليك حتى لم أدعك تحتاج إلى أحد ؟ قال بلى يا رب قال فماذا عملت فيما آتيتك ؟ قال كنت أصل الرحم وأتصدق فيقول الله له كذبت وتقول له الملائكة كذبت ويقول الله تعالى بل أردت أن يقال فلان جواد فقد قيل ذاك ويؤتى بالذي قتل في سبيل الله فيقول الله له فيماذا قتلت ؟ فيقول أمرت بالجهاد في سبيلك فقاتلت حتى قتلت فيقول الله تعالى له كذبت وتقول له الملائكة كذبت ويقول الله بل أردت أن يقال فلان جريء فقد قيل ذاك ثم ضرب رسول الله صلى الله عليه و سلم على ركبتي فقال يا أبا هريرة أولئك الثلاثة أول خلق الله تسعر بهم النار يوم القيامة .قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب .قال الشيخ الألباني : صحيح

Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala pada hari kiamat nanti turun menghadap hambaNya untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka, sedangkan semua umat dalam keadaan berlutut di hadapanNya, maka manusia yang pertama sekali dipanggil adalah orang yang hafal al-qur’an, orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang memiliki harta yang banyak, maka Allah berkata kepada penghafal al-qur’an: bukankan Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang telah aku turunkan kepada rasulKu?, ia menjawab: benar, wahai Rabb. Allah berkata: apa yang kamu perbuat dengan apa yang kamu ketahui?. Ia berkata: aku menghidupkan malamku dan mengisi siangku dengan membacanya. Allah berkata: kamu telah berdusta. Dan para malaikatpun juga berkata: kamu telah berdusta. Allah berkata: bahkan kamu ingin agar dikatakan “si fulan adalah penghafal al-qur’an” dan memang begitu dikatakan. Kemudian didatangkan pemilik harta. Allah berkata kepadanya: bukankah Aku telah melapangkan rezkimu hingga kamu tidak perlu bergantung pada orang lain?. Ia berkata: benar wahai Rabb. Allah berkata: maka apa yang lakukan pada harta yang Aku berikan kepadamu?. Ia berkata: aku pergunakan untuk menyambung silaturrahmi dan aku sedekahkan. Allah berkata kepadanya: kamu telah berdusta. Malaikatpun berkata: kamu telah berdusta. Allah berkata kepadanya: bahkan kamu ingin dikatakan “si fulan seorang yang dermawan” , dan sungguh begitulah yang dikatakan. Kemudian didatangkan orang yang berjuang di jalan Allah. Maka Allah ta’ala berkata kepadanya: pada hal apa kamu berperang?. Ia berkata: aku diperintahkan untuk berjihad di jalanMu hingga aku dibunuh. Maka Allah berkata kepadanya: kamu telah berdusta. Malaikatpun berkata kepadanya: kamu telah berdusta. Allah berkata: bahkan kamu ingin agar dikatakan “fulan seorang pemberani”, dan begitulah yang dikatakan. Kemudian rasulullah saw bersabda: itulah 3 golongan manusia pertama kali yang akan dipanggang dalam neraka pada hari kiamat. (hadits riwayat at-tirmizi dan dinyatakan shahih oleh asy-syekh al-albani)

Niat tidak saja pada amalan-amalan yang fardhu dan sunnah, bahkan niat juga dituntut pada setiap amalan mubah yang dilakukan oleh manusia dari waktu ke waktu, baik ketika makan, minum, berpakaian, berkendaraan, dan lain sebagainya dari amalan-amalan mubah. Pada amalan mubah ini banyak dari kalangan kaum muslimin salah dalam membiasakannya, dan terkadang dari kesalahan ini mereka terjerumus ke dalam dosa dan mendapatkan hukuman dari Allah, atau bahkan amalan yang sia-sia tanpa pahala dan hukuman.
 Seseorang makan misalnya, sedang ia tidak berniat dengan makannya itu sesuatu pun selain untuk menghilangkan rasa laparnya, maka hal ini termasuk perbuatan yang sia-sia, tidak ada pahala dan tidak pula hukuman. Ada orang yang lain, ia makan dan berniat dengan makannya itu agar menguatkan tubuhnya untuk melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan murka Allah, hal makan adalah perbuatan mubah, akan tetapi Allah memberikan hukuman atas apa yang telah ia niatkan. Ada pula orang yang ketiga, ia makan-Allah memberinya taufiq untuk berbuat kebaikan-, maka ia berniat dengan makannya itu agar mendapatkan kekuatan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, berusaha memberikan bantuan untuk kaum muslim, maka perbuatan ini adalah perbuatan mubah yang akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dengan pakaian, seseorang berniat dengannya untuk meninggikan diri, sombong dan membangga-banggakan diri di hadapan orang lain, hal berpakaian adalah perbuatan mubah, tetapi Allah ta’ala memberikan kepadanya hukuman atas niatnya yang buruk. Terkadang ada pula orang yang berniat untuk memperlihatkan bekas nikmat Allah ta’ala, menceritakannya kepada orang lain, dan Allah memberikan kelapangan dalam dadanya untuk berzikir kepada Allah ta’ala, maka Allah ta’ala memberikannya pahala yang besar (atas niatnya). Demikianlah seterusnya pada setiap amal perbuatan yang mubah dapat diqiyaskan di sisi Allah sesuai dengan niat yang mengiringinya, dan ia merupakan malapetaka dari Allah ta’ala bagi hambaNya yang akan diperlihatkan dihadapan semua makhluk tanpa sedikitpun ada kesulitan bagiNya. Akan tetapi kita menjauhkan diri dari pahala ini karena kebodohan kita terhadap ilmu tentang niat yang mana ia merupakan sebuah bab dari fiqh pada zaman shahabah dan tabi’in.
Banyak dari kalangan kaum muslim membatalkan (menghapus) pahala dari niat mereka yang baik setelah amalan itu sempurna dikerjakan dan hal itu pun terjadi, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Contoh dari perkara ini ialah, seseorang melakukan suatu perbuatan ma’ruf (kebaikan) kepada muslim lainnya, ia menginginkan dengan perbuatannya itu semata-mata mengharapkan pahala dari sisi Allah ta’ala, tidak menginginkan balasan dan pujian kecuali dari Allah ta’ala. Kemudian berselang beberapa waktu yang lama atau beberapa saat, orang yang berbuat kebaikan tadi dalam kondisi susah yang membutuhkan pertolongan orang lain, ia pun meminta bantuan kepada orang yang telah ia bantu dahulu, tetapi ternyata ia pun tidak bisa membantunya, maka dengan serta merta ia pun murka dan marah, kemudian dalam kondisi itu ia membeberkan kebaikan-kebaikan yang telah ia berikan kepada orang tersebut pada masa-masa yang lalu. Dalam hal ini, maka terhapuslah segala pahala amal kebaikannya, karena pelakunya telah menghapus niat kebaikannya sendiri, ia telah menghapus pahalanya dengan ucapan-ucapannya, dan kemarahannya kepada orang yang pernah ia bantu.
Contoh lain, seorang ‘alim yang mengajak manusia kepada syariat Allah, mengajarkan mereka ilmu karena Allah, dan berselang beberapa waktu, pemerintah meminta daftar nama-nama ulama sesuai dengan organisasi mereka dan kedudukan mereka, maka sang ‘alim yang beramal Karena mengharapkan pahala dari Allah ini diletakkan namanya di urutan terakhir dari daftar nama-nama, sehingga ia pun murka, karena mereka tidak meletakkan namanya pada urutan pertama dari daftar nama itu. dari sini, maka batal-lah pahala amalnya, karena ia membatalkan niat amal baiknya dan menjadikannya sia-sia. Ada pula khatib lainnya atau penceramah untuk memberikan muhadharah kepada manusia demi mengharapkan pahala dari Allah, dan ia pun telah memantapkan niat untuk itu, namun di tengah kondisi seperti ternyata ada orang lain yang menggantikannya, ia pun murka dan marah. Maka khatib atau penceramah ini telah diisi dengan kedustaan dalam niatnya, ia telah menipu dirinya sendiri dengan menyatakan ia adalah orang yang berniat baik, jikalau ia berniat menginginkan pahala dari Allah dengan benar tentunya ia menginginkan sampainya nasehat melalui dirinya atau dari selainnya selama maksud dari perbuatan itu adalah untuk Allah, dan bukan untuk selainNya.
Wahai kaum muslimin…
Bertakwalah kepada Allah dan pelajarilah niat sebagaimana kamu mempelajari amal secara sempurna agar amalanmu tidak menjadi gugur, agar kamu tidak menjauhkan pahala dari amalan mubah, agar kamu menang dengan mendapatkan derjat para shadiqin (jujur) bersama Allah. Awasilah diri dan hatimu agar tidak menipumu sehingga membuat amalanmu berguguran. Barangsiapa di antara kamu yang mengetahui dan mendengar, maka beritahulah orang yang tidak mengetahui dan tidak mendengar, dan hendaklah berniat mendapatkan pahala dari sisi Allah dalam menyampaikannya, agar kamu menang dengan mendapatkan ridha rabb. Dalam islam bab ini merupakan ruh amal, dan amal tanpa niat seperti pohon tanpa buah, dan seperti jasad tanpa ruh.
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين , إنه قريب سميع مجيب .
***

الحمد لله رب العالمين , والصلاة والسلام على سيد المرسلين , سيدنا محمد النبي الأمي الأمين , وعلى آله وصحبه أجمعين , أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له , وأشهد أن محمدا عبده ورسوله , وصفيه وخليله , وبعد ...
Segala puji bagi Allah rabb semesta alam, salawat dan salam terkhusus buat penghulu segala rasul, Muhammad saw nabi yang ummi lagi dipercaya, dan buat keluarga serta shahabat-shahabatnya. Aku bersaksi tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Allah ta’ala semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasulNya, serta pilihanNya…
Sungguh al-qur’an al-karim telah mengajak agar setiap niat amalan hendaknya karena mengharapkan wajah Allah ta’ala, dan memuji orang-orang yang mengikhlaskan amalan mereka karena Allah, maka Allah berkata tentang abu bakar ra tatkala menginfaqkan hartanya karena Allah dalam q.s al-lail ayat 18-21:
Ï%©!$# ÎA÷sム¼ã&s!$tB 4ª1utItƒ ÇÊÑÈ $tBur >tnL{ ¼çnyYÏã `ÏB 7pyJ÷èÏoR #tøgéB ÇÊÒÈ žwÎ) uä!$tóÏGö/$# Ïmô`ur ÏmÎn/u 4n?ôãF{$# ÇËÉÈ t$öq|¡s9ur 4ÓyÌötƒ ÇËÊÈ
Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) Karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

Dalam hadist qudsi disebutkan:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ». رواه مسلم في صحيحه
Dari abu hurairah, ia berkata: rasulullah saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: ”Aku sekutu yang tidak butuh kepada sekutu, barangsiapa mengerjakan suatu amalan, ia menyekutukanKu dalam amalan itu dengan selainKu, maka Aku akan meninggalkannya dan kesyirikannya

Di antara bentuk kasih sayang Allah terhadap hambaNya, sesungguhnya Ia memberikan pahala kepada mereka dengan pahala yang besar atas niat mereka msekipun mereka tidak dapat melakukan amalan itu. sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari ibnu abbas ra:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ : قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِئَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً.  رواه البخارى في صحيحه
Dari ibnu abbas ra, dari nabi saw yang ia riwayatkan dari Rabbnya azza wa jalla, beliau bersabda: sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan kejahatan, kemudian Ia menjelaskannya bahwa barangsiapa yang menghendaki melakukan kebaikan namun ia belum melakukannya, maka Allah menuliskan baginya sebagai satu hasanah yang sempurna. Jika ia berniat dan mengerjakannya, maka Allah menuliskan baginya sepuluh hasanah sampai tujuh ratus kali lipat hingga bilangan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang menghendaki melakukan kejahatan namun ia tidak melakukannya, maka Allah menuliskan baginya sebagai satu hasanah yang sempurna. Jika ia berniat dan mengerjakannya, maka Allah menuliskan baginya sebagai satu sayyiah (kejahatan).

Berdasarkan hal ini, ulama salaf shaleh telah mewasiatkan kepada setiap kaum muslimin, hendaknya mereka setiap hari, mereka membuka kehidupan mereka setelah menunaikan ibadah fardhu dengan berniat “tidaklah seorang pun meminta bantuannya melainkan ia bantu, dan tidaklah ia menemukan suatu kemungkaran melainkan ia mencegahnya sejauh yang ia mampu, dan tidaklah ia mendapatkan orang yang lapar melainkan ia memberinya makanan sejauh yang ia mampu, dan tidak seorang yang buta yang meminta petunjuknya melainkan ia tunjuki, dan tidak pula seorang anak yatim melainkan ia muliakan, dan tidak pula seorang kerabat melainkan ia menyambungnya.
Jikalau ia mampu melaksanakannya, maka baginya pahala amalan dan pahala niatnya. jika ia tidak mampu, maka baginya pahala niatnya. Yang jelas ia mendapatkan pahala dari setiap kondisinya.
Maka bertaqwalah kepada Allah dan perhatikanlah pada setiap amalanmu, dan perbaikilah seluruh niatmu. Allah akan menambahkan karunianya, dan Ia akan menempatkanmu di tempat yang mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar