Allah ta'ala berfirman dalam q.s muhammad ayat 24
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ
أَمْ عَلى قُلُوبٍ أَقْفالُها (24)
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
Allah
ta'ala memerintah manusia untuk mentadabburi al-qur'an, yakni merenungi,
memahami, memikirkan, menghayati isi kandungannya yang menunjukkan tanda-tanda
kebesaran Allah ta'ala. Di dalamnya terdapat sejarah umat masa lampau dan
gambaran kehidupan masa akan datang. Tidak lain, semuanya itu bertujuan
bagaimana manusia bercermin dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya agar
tidak binasa oleh kelalaian dan kepongahannya.
Dalam
ayat di atas, Allah ta'ala mengoreksi sebenarnya apa yang salah pada diri
manusia sehingga tidak mau memikirkan kandungan al-qur'an dan tidak mau
mengambil pelajaran dari ayat-ayatnya atau apakah sumber dari penyakit itu
adalah karena hati manusia itu sudah benar-benar tertutup dan terkunci mati
sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk dapat menerima kebenaran al-qur'an ketika diajak mendapatkan kehidupan yang
bahagia di dunia dan surga di akhirat. Sungguh hal ini adalah keadaan yang
sangat riskan dan parah. Tentunya keadaan hewan lebih baik dari pada manusia
yang keadaannya seperti ini. sebagaimana
firman Allah ta'ala q.s al-a'raf ayat 179:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ
كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا
وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا
أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)
Dan
Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah
orang-orang yang lalai.
Awal kebahagiaan dengan mentadabburi al-qur'an
Firman Allah ta’ala Q.s shaad ayat 29
كِتابٌ أَنْزَلْناهُ إِلَيْكَ
مُبارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آياتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا الْأَلْبابِ (29)
Ini
adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.
Jalan
menuju kebahagiaan yang abadi diawali dengan mentadabburi al-qur'an, yakni
merenungi maknanya dan memikirkan hikmah-hikmah yang dikandungnya. Di dalamnya
terdapat hidayah, rahmat (kebaikan dan keberkahan yang banyak), dan syifa'
(penawar) bagi orang-orang yang berpegang terguh dengannya, serta keselamatan
bagi orang-orang yang mengikutinya. Allah ta'ala menurunkan al-qur'an untuk
manusia agar mereka mentadabburi dan memikirkan makna-maknanya, bukan
semata-mata membacanya. Hal ini bertujuan agar apa yang dibaca seakan-akan
nyata dan dapat diambil sebagai pelajaran sebagai pedoman dan pembimbing dalam
kehidupan. Dengan tadabbur ini nyatalah bagi manusia akan kebenaran al-qur'an
bahwasanya ia benar-benar datang dari sisi Allah ta'ala, karena andaikan ia
datang dari selain Allah ta'ala tentu akan muncul berbagai penyimpangan dan
kerancuan dari ayat-ayatnya. Sebagaimana firman Allah ta'ala, q.s an-nisa' ayat
82
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ
وَلَوْ كانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً (82)
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Bagaimana cara mentadabburi al-qur'an?
Setelah
kita mengetahui bagaimana besarnya keutamaan dan faedah mentadabburi al-qur'an,
tentu kita bertanya bagaimana cara atau
upaya agar kita dapat mentadabburi al-qur'an?
1.
Memilih
waktu yang tepat untuk mengkhususkan diri mentadabburi al-qur'an.
2.
Bacalah
al-qur'an dengan tartil (perlahan-lahan), tidak tergesa-gesa.
3.
Setelah
membaca al-qur'an, selamilah makna-makna yang terkandung dalam al-qur'an dengan
membaca tafsir yang dikarang ulama salaf. Seperti kitab tafsir ibnu katsir,
al-baghawiy, as-sa'diy, atau yang lebih
tebal seperti kitab ath-thabariy.
4.
Tulislah
dan simpulkan hikmah-hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari ayat yang
telah dibaca.
5.
Apabila
ayat yang dibaca mengandung perintah atau larangan, maka hendaknya kita
amalkan, dan jika ayat tersebut mengandung rahmat dan harapan, maka hendaknya kita berdoa untuk
mendapatkannya. Dan jika ayat tersebut mengandung makna ancaman, kisah umat
terdahulu yang diazab Allah ta'ala atau tentang neraka, hendaknya kita berdoa
agar dijauhkan dari siksaan Allah ta'ala dan menunjukkan rasa sedih serta
berupaya untuk menangis.
Wallahu a’lam
bishshawab.
Referensi:
1.
Al-qur’an dan terjemahannya
2.
Tafsir al-munir, wahbah
az-zuhailiy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar