Minggu, 20 Maret 2011

HIDUP YANG BERSAHAJA TANPA ISRAF DAN BAKHIL


Q.S AL-ISRA' 26-30

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27) وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلًا مَيْسُورًا (28) وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا (29) إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (30)
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
28. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas[*].
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[**] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

[*] Maksudnya: apabila kamu tidak dapat melaksanakan perintah Allah seperti yang tersebut dalam ayat 26, Maka Katakanlah kepada mereka Perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. dalam pada itu kamu berusaha untuk mendapat rezki (rahmat) dari Tuhanmu, sehingga kamu dapat memberikan kepada mereka hak-hak mereka.
[**] Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah.


PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI Q.S AL-ISRA' : 26-30

1.      Allah ta'ala menyuruh kita memberikan hak orang lain dari harta yang kita miliki, mulai dari kerabat yang dekat yang berada dalam kesulitan hidup (kemiskinan), kemudian tetangga yang miskin, seterusnya orang-orang yang pantas menerima infaq dari harta kita, seperti ibnu sabil. Kewajiban pertama kali pada harta adalah memberikan infaq kepada kerabat terdekat –ziilqurba- yang lebih membutuhkan, agar tercipta ketentraman dalam jiwa saudara kita, dan menumbuhkan perasaan kasih sayang dan keharmonisan antar sesama. Menghilangkan sikap egois yang menghancurkan hubungan persaudaraan. Tumpahan kasih sayang tidak semata kepada saudara kerabat tetapi juga kepada tetangga yang miskin karena kebutuhannya tidak mencukupi. Karena itu tidak etis bila orang jauh disantuni sedangkan tetangga dekat tidak dipedulikan. Adapun ibnu sabil adalah orang yang melakukan perjalanan jauh yang kehabisan perbekalan. Jadi dengan perintah infaq ini, kita menghilangkan rasa dengki dari orang lain dan menumbuhkan rasa persamaan. Kenikmatan yang kita peroleh dapat pula kiranya dirasakan oleh orang lain.
2.      Tabzir adalah memberikan harta kepada orang yang tidak berhak menerimanya. Yang lain mengatakan : tabzir adalah menggunakan harta bukan pada jalan yang dibenarkan (selain ketaatan) atau menggunakannya untuk kemaksiatan kepada Allah ta'ala. Termasuk tabzir adalah menyia-nyiakan harta atau tidak dimanfaatkan untuk tujuan yang semestinya . ar-razi mengatakan : tabzir menurut bahasa adalah merusak harta dan menginfakkannya dalam bentuk berlebih-lebihan. Utsman bin aswad berkata : "pernah aku melakukan thawaf bersama mujahid mengelilingi ka'bah, kemudian ia mengangkat kepalanya mengarahkan ke gunung abi qubais dan berkata : andaikan ada orang yang menginfakkan hartanya sebesar gunung ini dalam hal ketaatan kepada Allah, tidak lah ia termasuk orang yang melampaui batas, dan andaikan ada orang yang menginfakkan hartanya sebanyak satu dirham untuk kemaksiatan kepada Allah, maka ia termasuk orang yang israf (melampaui batas)".
3.    Perlu kita ketahui bahwa perbuatan tabzir ini menafikan syukur, dan sinonim dari kufur nikmat, dimana syukur adalah memanfaatkan pemberian (nikmat) Allah sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya. Kita dilarang berbuat tabzir, karena tabzir merupakan perbuatan setan. Sehingga orang yang berbuat tabzir adalah saudara-saudara setan ketika di dunia dan di neraka. Setan memanfaatkan tubuhnya atau nikmat Allah untuk berbuat ma'siat dan kerusakan di bumi atau menyesatkan (menjauhkan) manusia dari jalan Allah ta'ala, dan menghalang-halangi manusia berbuat ketaatan kepadaNya. Oleh karena itu, boleh lah kita menengok kembali pada diri kita. Apa sajakah bentuk tabzir yang pernah kita lakukan ?. apakah itu berupa tabzir pada uang belanja, makanan, pakaian, perlengkapan, umur, pembicaraan, dan lain-lain ?! na'uzubillah minattabzir.
4.    Allah ta'ala mengajarkan kepada kita adab ketika menghadapi orang yang berhajat kepada kita sedangkan kita tidak memiliki sesuatu yang dapat menutupi hajatnya. Yaitu, mengucapkan ucapan lembut, sopan santun, tidak menyakiti hati orang lain, dan membuka pintu harapan yang baik. Karena ada di antara manusia ketika berada dalam keadaan sempit, susah, dan miskin  terkadang ia tidak segan-segan melontarkan perkatan-perkataan yang tidak senonoh, kasar, menyakitkan hati, dan ditambah lagi dengan mimik wajah yang masam (menakutkan), sehingga menutup pintu harapan bagi si miskin dan membuat jurang pemisah antara sesama manusia. Adapula di antara manusia lebih sayang kepada hewan peliharaannya dibanding manusia yang serupa dengannya. Inilah kenyataan yang pernah kita lihat dan kita dengar (barang kali pernah kita alami !) yang memang tidak perlu kita pungkiri.
5.     Dalam ayat terdapat larangan berbuat bakhil dan terlalu pemurah , tetapi memberi sesuai dengan kemampuan. Allah melapangkan dan menyempitkan rezki siapa yang dikehendaki di antara para hambaNya, sesuai dengan hikmahNya. Allah ta'ala sangat mengetahui apa yang bermanfaat dan apa yang mudharat bagi hambaNya.

والله أعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar